12 Rekomendasi Pameran Seni Terbaik di Tokyo Saat Ini
Musim ini, dengan begitu banyak pameran seni sedang berlangsung, rasanya mustahil untuk melihat semua instalasi terbaru sebelum ditutup. Namun, kami telah menyiapkan daftar pameran seni top yang diadakan di beberapa galeri paling populer di Tokyo untuk membantu Anda menentukan titik awal.
Ingin menjelajahi seni seharian penuh? Coba lihat street art dan patung luar ruangan terbaik di Tokyo, atau percantik feed Instagram Anda di museum seni digital terpanas di kota: teamLab Planets Tokyo.
Harap perhatikan bahwa beberapa museum dan galeri mewajibkan reservasi terlebih dahulu untuk mencegah keramaian di tempat tersebut.
1. Olafur Eliasson: A Harmonious Cycle of Interconnected Nows
Seniman asal Islandia-Denmark, Olafur Eliasson, kembali hadir dengan pameran memukau. Kali ini, Eliasson akan membawa Anda dalam pengalaman seni modern yang tak terlupakan di galeri Azabudai Hills, tepat di jantung kawasan Azabudai Hills yang megah.
Pameran ini menandai pembukaan Galeri Azabudai Hills dan sekaligus mengeksplorasi ide-ide utama di balik karya seni yang dibuat Eliasson untuk lobi Azabudai Hills Mori JP Tower. Instalasi utama, berjudul sama dengan pameran ini, menampilkan empat patung 3D yang terbuat dari rangkaian polihedra kompleks. Dibuat dari logam daur ulang dan digantung di atrium, patung-patung ini menggambarkan lintasan berliku dari satu titik tunggal, menyimbolkan koneksi antara semua ciptaan di tingkat atom.
Tidak kurang dari 15 karya Eliasson ditampilkan dalam pameran ini, dan sebagian besar di antaranya baru pertama kali hadir di Jepang. Jangan lewatkan “Firefly biosphere (falling magma star)” (2023), patung geometris yang menawan dengan permainan cahaya yang memukau. Selain itu, “Your split second house” (2010) juga wajib dikunjungi. Instalasi ini menampilkan tetesan air yang diterangi lampu strobo dan bergerak melalui ruang gelap sepanjang 20 meter, menciptakan pengalaman sensorik yang unik.
Melalui pameran ini, Eliasson tidak hanya mengajak Anda menikmati keindahan seni kontemporer yang inovatif, namun juga membuka mata terhadap isu-isu lingkungan yang semakin mengancam planet kita. Jadi, jika Anda sedang berada di Tokyo dan ingin merasakan pengalaman seni yang berbeda, pameran Olafur Eliasson di Galeri Azabudai Hills wajib Anda kunjungi!
2. Hokusai and the Samurai World
Museum Sumida Hokusai kini menghadirkan pameran menarik bertajuk “Hokusai and the Samurai World”. Pameran ini mengajak Anda menyelami dunia samurai melalui perspektif maestro pelukis dan seniman cetak kayu Katsushika Hokusai (1760-1849).
Melalui beragam ukiran kayu yang dipamerkan, Hokusai membuktikan keterampilannya dalam menangkap gerakan para samurai, bahkan saat mereka digambarkan lengkap dengan baju zirah yang berat. Lebih dari itu, Hokusai juga dengan detail memukau menampilkan ekspresi wajah para samurai tersebut, sehingga seolah hidup di hadapan Anda.
Pameran ini khusus menyoroti karya-karya Hokusai yang bertema samurai, termasuk dalam musha-e, subgenre ukiyo-e yang populer pada akhir abad ke-18. Musha-e sendiri fokus pada sosok samurai dan prajurit lainnya, baik dari sejarah maupun mitologi. Selain itu, pameran ini juga menampilkan penggambaran tokoh shogun yang memerintah para samurai, termasuk Tokugawa Ieyasu.
3. Keiichi Tanaami : Paraventi
Melangkahlah ke ruang pamer Prada Aoyama yang ikonik, Anda akan disuguhi karya terbaru seniman pop Jepang legendaris, Keiichi Tanaami (lahir 1936). Pameran ini mengajak kita melihat perpaduan unik antara layar lipat tradisional berhiaskan seni lukis dengan layar digital yang kini mendominasi dunia kita.
Tanaami, sosok berpengaruh besar bagi seniman Jepang muda seperti Yoshitomo Nara dan Takashi Murakami, khusus untuk pameran ini menghadirkan karya-karya yang memanifestasikan ciri khasnya. Ia memadukan ikonografi pop kultur Amerika dengan elemen tradisi Jepang yang bersejarah, seperti ukiyo-e, dalam berbagai media.
Pameran ini menjanjikan pengalaman visual yang menawan dan penuh makna. Saksikan bagaimana elemen budaya Timur dan Barat dipadukan dengan apik, dan rasakan sentuhan tradisi yang tak lekang di tengah derasnya arus teknologi digital.
4. Mot Annual 2023: Synergies, or Between Creation and Generation
Museum Seni Kontemporer Tokyo (MOT) kembali hadir dengan pameran tahunan MOT Annual 2023. Selama hampir 25 tahun, pameran ini telah menjadi wadah pamer beragam praktik seni kontemporer untuk memicu diskusi dan penjelajahan artistik.
Edisi tahun ini mengusung tema menarik: “Kreasi vs. Generasi.” Pameran ini mengajak kita melihat hubungan antara kedua konsep tersebut, di mana “Kreasi” diwujudkan melalui imajinasi dan keterampilan seniman, sedangkan “Generasi” dikaitkan dengan teknologi mutakhir seperti kecerdasan buatan, NFT, dan metaverse.
Melalui sekitar 50 karya dari 11 seniman, termasuk seniman muda “digital native”, pengunjung diajak memahami sinergi yang dinamis antara “Kreasi” dan “Generasi”. Kedua konsep ini, yang sering dianggap bertolak belakang seperti analog vs. digital, justru disandingkan untuk memunculkan perspektif baru.
MOT Annual 2023 tentunya menjadi pameran yang wajib dikunjungi bagi siapa pun yang tertarik dengan perkembangan seni kontemporer dan ingin melihat bagaimana seniman berinteraksi dengan teknologi serta tren terkini.
5. Van Gogh and Still Life: From Tradition to Innovation
Vincent van Gogh (1853-1890) masih menjadi salah satu sosok penting dalam sejarah seni Barat. Pameran luar biasa ini mengeksplorasi pengaruhnya pada genre still life, atau lukisan benda mati.
Karya Van Gogh tidak hanya dipamerkan, tetapi juga berdampingan dengan still life dari seniman ternama seperti Cézanne, Gaugin, Monet, dan Renoir. Ini menempatkan karya sang maestro Post-Impresionis Belanda dalam konteks perkembangan lukisan still life Eropa, dari abad ke-17 di Belanda hingga awal abad ke-20.
Melalui pameran ini, kita dapat melihat apa yang dipelajari Van Gogh dari para pendahulunya, bagaimana hal itu terwujud dalam karyanya sendiri, dan bagaimana ia kemudian mempengaruhi generasi seniman berikutnya. Dari 69 karya yang dipamerkan, 25 di antaranya adalah karya Van Gogh sendiri.
6. Modes And Characters: Poetics Of Graphic Design
21_21 Design Sight kembali hadir dengan pameran menarik yang mengajak Anda menjelajahi sejarah desain grafis modern. Pameran ini berfokus pada masa setelah tahun 1990-an, saat teknologi desktop publishing (DTP) berbasis komputer merevolusi potensi untuk menyusun teks dan gambar agar “bernyanyi” di layar digital maupun halaman cetak.
Kurang lebih 50 desainer grafis, sebagian besar berasal dari Jepang namun juga dengan kehadiran kreator internasional yang diakui, menyumbangkan karya mereka untuk dipamerkan di 13 area tematik. Secara khusus, pameran ini juga menyoroti bagaimana budaya grafis khas Jepang (yang mencakup hiragana, katakana dan teks latin dalam format horizontal dan vertikal, serta penggunaan gambar yang ekstensif) telah berinteraksi dengan teknologi digital. Selain itu, pameran ini juga mengeksplorasi kemungkinan masa depan yang dapat muncul dari hubungan tersebut.
7. Yasuko Toyoshima: Origination Method
Perkenalkan Yasuko Toyoshima, seniman yang selalu mempertanyakan segala hal. Selama lebih dari 30 tahun, ia menggunakan perasaan terasing pribadinya untuk mengkritik kerangka sosial dan aturan yang kebanyakan dari kita terima begitu saja sebagai “norma”. Bahan mentah karyanya dapat dianggap sebagai “sistem”: mulai dari benda nyata seperti sempoa hingga konsep abstrak seperti pendidikan, model ekonomi, dan persepsi kita tentang warna.
Pameran besar pertamanya ini menampilkan hampir 400 karya. Melalui pameran ini, kita dapat merasakan pandangan subjektif Toyoshima yang tak kenal kompromi terhadap dunia. Hasilnya adalah seni yang menggugah pikiran, dan seringkali dibalut dengan humor yang cerdas. Salah satu karya awalnya berjudul “Open Bank Account” dan “Mini Investment”, di mana sang seniman benar-benar membuka rekening dan membeli saham.
8. Theo Jansen Exhibition
Ingin melihat hewan berjalan tanpa perlu mesin? Seniman asal Belanda, Theo Jansen, sudah melakukannya sejak 1990! Beliau menciptakan patung kinetik berukuran besar berbentuk hewan yang bisa “berjalan” dengan kekuatan angin. Dinamakan Strandbeest (artinya “hewan pantai” dalam bahasa Belanda), patung-patung ini merupakan perpaduan seni dan teknik yang memukau. Dalam era AI yang seringkali dianggap sebagai ancaman, Strandbeest menawarkan alternatif menyenangkan dengan “kehidupan buatan” yang mempesona.
Untuk merayakan ulang tahun ke-150 prefektur Chiba, beberapa Strandbeest terbaik dibawa ke Museum Seni Prefektur Chiba.
9. Our Ecology: Toward a Planetary Living
Museum Seni Mori memperingati hari jadinya yang ke-20 dengan pameran yang sangat relevan, yaitu “Our Ecology: Toward a Planetary Living”. Pameran ini mengeksplorasi bagaimana seni kontemporer merespons krisis lingkungan yang sedang berlangsung.
Sekitar 100 karya dari 34 seniman Jepang dan internasional, termasuk karya yang dibuat khusus untuk acara ini, membentuk empat “bab” pameran: bersama-sama mereka mendorong kita untuk mempertimbangkan isu lingkungan dari perspektif yang lebih luas, melampaui pandangan egosentris manusia.
- “All Is Connected”: Bab pertama menyentuh bagaimana aktivitas manusia berkaitan dengan ekosistem.
- “Return to Earth”: Bab ini mengeksplorasi seni Jepang dari tahun 1950-an hingga 1980-an, periode ketika ledakan ekonomi negara tersebut membawa polusi industri.
- “The Great Acceleration”: Menampilkan karya yang mengungkapkan eksploitasi sumber daya alam oleh umat manusia, namun juga menawarkan secercah harapan.
- “The Future is Within Us”: Bab terakhir melihat diskusi kontemporer tentang penggunaan teknologi untuk merancang masa depan yang mungkin melalui ekspresi artistik feminisme, spiritualitas, dan lainnya.
Pameran ini tidak hanya menyuguhkan karya seni yang indah, tetapi juga mengajak kita untuk merenungkan hubungan kita dengan planet ini dan masa depan yang kita inginkan. Jangan lewatkan kesempatan untuk mengunjungi pameran ini dan berkontribusi pada diskusi penting tentang lingkungan hidup.
10. Washoku: Nature and Culture in Japanese Cuisine
Washoku, begitulah sebutan hidangan Jepang di tanah airnya, kini semakin populer di mana-mana. Restoran sushi dengan ban berjalan sudah menjadi pemandangan umum di berbagai kota besar dunia, sementara masyarakat semakin sadar akan manfaat gizi dari banyak masakan tradisional Jepang.
Tahun 2020, Washoku resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO. Dan kini, setelah tertunda akibat pandemi Covid-19, pengakuan tersebut dirayakan melalui pameran berskala besar yang memukau.
Melalui berbagai zona yang menampilkan instalasi interaktif, replika hidangan, dan banyak lagi, pameran Washoku ini mengajak Anda menyelami bagaimana alam dan budaya selama berabad-abad telah membentuk filosofi gastronomi unik Jepang.
11. The Cubist Revolution
Pernahkah Anda menyaksikan lukisan berbentuk kubus? Itulah salah satu ciri khas Kubisme, gerakan seni revolusioner yang digagas oleh Pablo Picasso dan Georges Braque di awal abad ke-20. Kini, Anda berkesempatan menyaksikan langsung karya-karya Kubisme terbaik dalam pameran akbar di Centre Pompidou, Paris, yang hadir di Jepang untuk pertama kalinya!
Pameran ini menampilkan lebih dari 50 karya untuk pertama kalinya di Jepang, termasuk mahakarya dari Picasso dan Braque. Sekitar 140 karya secara total akan dipamerkan, menyuguhkan keragaman dan kekayaan gerakan Kubisme. Jangan lewatkan untuk melihat ‘Grand Nu’ karya Braque yang memukau dan ‘Femme assise dans un fauteuil’ yang ikonik dari Picasso.
Karya agung ‘La Ville de Paris’ oleh Robert Delaunay juga akan dipamerkan di Jepang untuk pertama kalinya, bersama dengan karya-karya luar biasa dari Chagall. Selain itu, pameran ini juga dimeriahkan oleh seniman-seniman berpengaruh Kubisme lainnya seperti Constantin Brancusi, Marc Chagall, Sonia Delaunay, dan Amedeo Modigliani.
Pameran ini adalah kesempatan langka untuk menyaksikan pameran Kubisme terlengkap di Jepang dalam 50 tahun terakhir. Jangan lewatkan kesempatan untuk menyelami gerakan seni yang revolusioner ini dan kagumi keindahan karya-karya para maestro!
12. Galaxy & teamLab: Catching and Collecting in the Dinosaur Forest
Bersiaplah untuk pengalaman tak terlupakan di pameran kolaborasi terbaru antara teamLab dan Galaxy! “Forest of Lamps Born from the Universe” kembali dengan versi terbarunya, mengajak Anda menyelami hutan digital yang memesona.
Pameran interaktif ini mengusung konsep “tangkap dan lepas”: Anda bertugas menangkap makhluk digital unik di dalam hutan mistis untuk dipelajari, sebelum melepaskan mereka kembali ke habitatnya. Untuk beraksi, Anda akan menggunakan aplikasi khusus pada smartphone Galaxy.
Web Developer, Designer